Kamis, 17 Oktober 2013

0

Pengorbanan Bunda

Posted in ,
Ada seorang anak bernama Amel. Dia adalah anak cerewet dan menyebalkan. Akupun tak dapat merubah takdir bahwa Ia adalah kakak kandungku. Selain, aku Ia mempunyai adik bernama Eva anak terbungsu. Eva dan aku sering menjadi juara kelas, lain halnya  dengan Amel, Ia malas dan bodoh. Ayah kami telah meninggal dunia karena kecelakaan. Keluarga kami termasuk keluarga yang kaya raya di desa tersebut. Amel selalu memerintah kami. Ibupun menegurnya, “Jangan menyuruh adikmu, kamu saja yang mengambilnya, nak”!. Tapi Ia tak patuh dan tidak mempedulikannya. Karena merasa Ibunya tidak menyayanginya dan pilihkasi terhadap Ia dan kami, Iapun bertekad untuk melarikan diri dari rumahnya. Saat itu Ibu dan kami sedang tidur, ia lalu menyelinap keluar dari rumahnya.
            Keesokan harinya, aku dan Eva bermaksud membangunkan Amel untuk sarapan. Kamipun bergegas ke kamarnya. Aku dan Eva berteriak, “Ibu...Bu...cepat kemari”!. Ibupun berkata sesampainya di depan kamar Amel, “Ada apa”?. “Begini, Bu, Kak Amel kok tidak ada dimana-mana”. Ucapku menjelaskan. “Apa itu”. Ujar Ibu. Iapun mengambil secarik kertas surat dari Amel. Surat itu berisi,”Bu, maaf kalau Amel merepotkan Ibu, saya memang anak yang tidak berguna. Mungkin memang sebaiknya saya pergi karena saya hanya mengganggu kebahagiaan Ibu, Eva, dan Shara. Tertanda Siska Annisa Kamela”. Satu minggu telah berlalu namun pencarian Amel tak kunjung mendapat kecerahan. Saat itu aku, Eva, dan Ibu sedang mencari Kak Amel. Aku melihatnya di atas trotoar di samping jalan. Akupun berkata pada Ibu, “Bu, itu Kak Amel”. Kak Amel melihat kami dan Ia lalu lari.Ibu tiba-tiba turun dari mobil dan mengejar Kak Amel. Saat di perempatan jalan. Kak Amel menyebrang tanpa memperhatikan kendaraan. Tiba-tiba ada mobil Taruna merah yang melaju kencang. Kak Amelpun berteriak, “Ah....”. Ibu lalu mendorongnya dan akhirnya Ibulah yang tertabrak. Kami segera melarikan Ibu ke rumah sakit.
            Kami menunggunya di depan ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Kak Amel sangat terpukul atas kejadian tersebut. Akupun berkata, “Ini semua gara-gara Kak Amel kalau bukan karena Kak Amel kabur dari rumah, pasti Ibu tidak akan begini”. “Kalau Ibu sampai kenapa-kenapa kakak harus tanggungjawab. Kata Eva. “ Iya kakak memang salah maafkan kakak. Kata Amel. Sudah ;ima hari berlalu namun Ibu masih terbaring koma di ruang ICU. “Amel...Amel”. Ucap Ibu mencari Kak Amel. “Iya Bu, maafkan Amel, Bu karena Amel, Ibu jadi begini”. Ujar Amel. “Tidak apa-apa tapi, satu yang saya minta tolong kamu jaga adikmu baik-baik”. Ujarnya. Lalu Ia menghembuskan nafas terakhir. “Ibu...Ibu...Ibu”. Teriak kami serempak. Sejak saat itu Kak Amel berjanji dalam hati akan menjaga dan mengerjakan amanah itu. Kamipun sadar bahwa tak ada Ibu di dunia yang tak menyayangi anaknya.

0 komentar: